Flying Pink Butterfly Kaoani hany_@lony: 2012


Minggu, 23 Desember 2012

MAKNA KONOTATIF


MAKNA KONOTATIF
Konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna konotasi dapat juga berubah dari waktu ke waktu.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap social, sikap pribadi, dan criteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna-makna konotatif sifatnya lebih professional dan professional daripada makna denotatif. Makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Makna konotatif ialah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu.
Sebuah kata dapat merosot nilai rasanya karena penggunaannya tidak sesuai dengan makna denotasinya. Umpamanya, kata kebijaksa-naan yang bermakna kelakukan dan tindakan arif dalam menghadapi suatu masalah, menjadi negatif konotasinya akibat kasus-kasus tertentu,  misalnya :
·         Pengemudi kendaraan bermotor ditilang karena melanggar peraturan lalu lintas minta kebijaksanaankepada petugas agar tidak diperkarakan (damai di tempat)
·         Orang tua murid yang anaknya tidak naik kelas mohon kebijaksanaan kepada kepala sekolah agar bersedia menolong anaknya (menaikkan kelas)
·         Untuk mengurus surat-surat di kantor pemerintah sering kali kita pun diminta memberi kebijaksanaan oleh sang patugas agar urusan tidak terlambat (memberi uang suap)
Dapat ditegaskan bahwa manka konotatif cenderung bersifat subjektif. Makna kata ini lebih banyak digunakan dalam situasi tidak formal, misalnya : dalam pembicaraan yang bersifat ramah tamah, diskusi tidak resmi, kekeluargaan, dan pergaulan.
Kata bermakna konotasi adalah kata yang bermakna kias (bukan sebenarnya) atau makna ungkapan.
Contoh :
·         Semua pemuda mengagumi bunga desa anak pak Lurah.
·         Kata bunga desa pada kalimat diatas mengandung makna tidak sebenarnya, karena arti   
·         bunga desa pada kalimat diatas adalah gadis cantik.  
Konotasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1.       Konotasi positif yaitu konotasi yang mengandung nilai rasa lebih tinggi, baik, halus, sopan dan menenangkan.
2.       Konotasi negatif yaitu konotasi yang mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, dan tidak sopan.
Contoh :  kata gugur dan mampus makna denotasinya adalah mati, namun kata mampus termasuk konotasi negatif sedangkan gugur memiliki konotasi positif.
Sumber :
·         Zaenal dan Amran “Cermat Berbahasa Indonesia”

MAKNA DENOTATIF


MAKNA DENOTATIF
Definisi makna denotatif ialah makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaat atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif.
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut dengan makna konseptual. Makna denotative adalah makna umum.Makna denotative ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya.
Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan makna.
Makna denotasi lazim disebut :
1.       makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif.
2.       makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya).
3.       makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.
Contoh :
·         Ita menanam bunga di halaman depan rumah.
Kata bunga artinya kembang  atau bagian tumbuhan yang elok warnanya dan harum baunya.
·         Mas parto membeli susu sapi
·         Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan masal
Sumber :
·         Zaenal dan Amran “Cermat Berbahasa Indonesia”

KARANGAN ILMIAH


KARANGAN ILMIAH
Karangan ilmiah adalah karangan yang disusun secara logis, rasional, sistematis, dan empiris. Dan karangan ilmiah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan karangan ilmiah;
1)      Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
2)       Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
3)      Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
4)      Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
5)      Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
Karangan ilmiah sesuai dengan format baku terdiri atas 5 BAB, yaitu :
BAB I terdiri dari :
v  Latar Belakang Masalah
v    Identifikasi Masalah
v  Pembatasan Masalah
v  Perumusan Masalah
v    Tujuan Penelitian
v   Kegunaan Penelitian
BAB II terdiri dari :
v  Landasan Teori
v  Landasan Berpikir
BAB III terdiri dalam Metodelogi Penelitian :
v  Tempat Penelitian
v   Waktu Penelitian
v  Metode Penelitian
v  Populasi
v  Sample
v  Teknik Pengambilan Sample
v  Data
v  Teknik Pengumpulan Data
v  Teknik Pengolahan Data
BAB IV Hasil Penelitian
Jawaban terhadap pertanyaan apa yang dikemukakan umumnya dikemukakan dalam bahagian temuan atau hasil. Hasil-hasil penelitian harus mampu berfungsi sebagai alat pembuktian.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan, sebagai pernyataan singkat yang mengungkapkan hasil penyelidikan secara menyeluruh. Saran, sebagai pernyataan yang bertujuan untuk penyempurnaan hasil akhir penyelidikan.

Sumbar :          http://www.slideshare.net/AisaKusbardini/karangan-ilmiah

TULISAN ILMIAH


TULISAN ILMIAH
Tulisan ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematik berdasarkan pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawapan secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.
Tulisan ilmiah adalah laporan tertulis dan dipublikasikan atau dipaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang teliti yang dilakukan oleh seseorang atau sebuah pasukan dengan memenuhi kaedah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan diterima oleh masyarakat keilmuan. 
Tujuan tulisan ilmiah

Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
Manfaat tulisan ilmiah:
v  Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
v  Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
v  Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
v  Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
v  Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
v  Memperoleh kepuasan intelektual;
v  Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
v  Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
Sistematika Penulisan Karya Ilmiah:
Bagian pembuka:
·         Cover
·         Halaman judul.
·         Halaman pengesahan.
·         Abstraksi
·         Kata pengantar.
·         Daftar isi.
·         Ringkasan isi.
Bagian isi
Pendahuluan:
·         Latar belakang masalah.
·         Perumusan masalah.
·         Pembahasan/pembatasan masalah.
·         Tujuan penelitian.
·         Manfaat penelitian.
Kajian teori atau tinjauan kepustakaan:
·         Pembahasan teori
·         Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
·         Pengajuan hipotesis
Metodologi penelitian:
·         Waktu dan tempat penelitian.
·         Metode dan rancangan penelitian
·         Populasi dan sampel.
·         Instrumen penelitian.
·         Pengumpulan data dan analisis data.
Hasil Penelitian:
·         Jabaran varibel penelitian.
·         Hasil penelitian.
·         Pengajuan hipotesis.
·         Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang didapatnya.
Bagian penunjang:
·         Daftar pustaka.
·         Lampiran- lampiran antara lain instrumen penelitian.


KARYA ILMIAH


KARYA ILMIAH
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Makalah Bahasa Indonesia dapat didefinisikan sebagai sebuah karya ilmiah yang bersumber pada ilmu pengetahuan. Karya tulis yang dibuat tidak berdasarkan rekaan semata., tetapi dapat diuji secara empiris sesuai fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan data-data penelitian. Makalah ada yang dibuat secara khusus untuk dipresentasikan dalam sebuah seminar dan ada juga yang untuk dipublikasikan dalam sebuah majalah ilmiah.
Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa dijadikan acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Menurut John Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu :
1)      mengenali dan merumuskan masalah,
2)       menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis,
3)       merumuskan hipotesis atau dugaan hasil sementara,
4)       menguji hipotesis, dan
5)       menarik kesimpulan. 
Karakteristik Metode Ilmiah :
v    Bersifatkritis,analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah danmenentukan metode untuk pemecahan masalah.
v    Bersifatlogis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah.Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkanbukti-buktiyang tersedia
v    Bersifatobyektif , artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan laindalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
v    Bersifatkonseptual, artinya proses penelitian dijalankandengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapatdipertanggungjawabkan.
v    Bersifatempiris, artinya metode yang dipakai didasarkanpada fakta di lapangan.

Langkah – langkah metode ilmiah :
a.      menyusun rumusan masalah
b.      menyusun kerangka teori
c.      merumuskan teori
d.      melakukan eksperimen
e.      mengolah dan menganalisis data
f.      menarik kesimpulan
g.      mempublikasikan hasil


Sabtu, 22 Desember 2012

PENALARAN INDUKTIF


PENALARAN INDUKTIF
Penalaran Induktif
Penalalaran iduksi adalah suatu proses berfikir yang bertolak dari atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada.
Proses penalaran yang induktif dapat dibedakan atas bermacam-macam variasi yang berturut-turut akan ditemukakan dalam bagian-bagian berikut : generalisasi, hipotese dan teori, ansalogi induktif, dan sebagainya.
1.  Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi.
Contoh generalisasi : bila seorang berkata bahwa mobil dan kendaraan adalah semacam kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga.
Generalisasi sendiri kita masih membedakan generalisasi yang berbentuk loncatan induksi, dan yang bukan loncatan induktif.
a.    Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampaui kemungkinan yang diberi oleh evidensi-evidensi itu.
b.    Tampa loncatan induktif
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Perbedaan antara generalisasi dengan loncatan induktif dan tampa loncatan induktif sebenarnya terletak dalam persoalan jumlah fenomena yang di perlukan.
            Pengujian atau evaluasi generalisasi tersebut terdiri dari:
(1)  Harus diketahui apakah sudah cukup banyak jumlah peristiwa yang diselidiki sebagai dasar generalisasi tersebut (ciri kualitatif)
(2) Apakah peristiwa-peristiwa itu merupakan contoh yang baik bagi semua yang jenis yang diselidiki
(3) Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperhitungkan kekecualian-kekecualian yang tidak sejalan dengan generalisasi itu.
(4) Perumusan generialisasi itu sendiri juga harus absah.

2.  Hipotese dan Teori
Sebenernya generalisasi dan hipotese tumpang tindih sifatnya, namun membedakan dua istilah itu sangat perlu.
Hipotese adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntut dalam penelitian fakta-fakta lain lebih lanjut.
Teori  adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena, sedangkan teori merupakan fenomena-fenomena yang relevan atau sejenis.
Untuk merumuskan hipotese yang baik perhatikan beberapa ketentuan berikut:
(1)  Secara maksimal memperhitungkan semua avidensi yang ada semakin banyak evidensi yang digunakan.
(2) Bila tidak ada alasan-alasan lain, maka antara dua hipoteses yang mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotese yang sederhana dari pada yang rumit.
(3) Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman manusia.
(4) Hipotese bukan hanya menjelaskan fakta-fakta yang membentuknya.

3.  Analogi
Analogi atau kadang-kadang disebut juga analogi induktif adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiawa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal lain.
Contoh: bila sesorang mengatakan, awan dari ledakan bom atom itu, membentuk sebuah cendawan raksasa, maka pembandingan antara awan ledakan atom dan cendawan. Merupakan sebuah analogi sebab kedua hal itu sangat berbeda kelasnya, kecuali kesamaan bentuknya.

4.  Hubungan Kausal
Pada umumnya hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola brikut: sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.
a.    Sebab ke Akibat
Hubungan sebab ke akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagi sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat yang terdekat.
Contoh: saya menekan tombol lampu menyala, penekanan tombol sebagai satu sebab manimbulkan satu efek, yaitu lampu nyala.
b.    Akibat ke Sebab
Hubungan akibat ke sebab merupakan suatu proses berfikir yang induktif juga dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah timbulkan akibat tadi.
c.    Akibat ke Akibat
Corak ketiga dalam hubungan kausal adalah proses penalaran yang bertolak dari suatu akibat menuju suatu akibat yang lain, tanpa menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat tadi.

5.  Induksi dalam Metode Eksposisi
Dalam uraian mengenai ekposisi telah dikemukakan pila sejumlah metode untuk mengembangkan suatu karangan yang bersifat ekpositoris.
Metode indefikasi pada prinsipnya baru merupakan perumusan-perumusan kategorial mengenai fakta atau evidensi yang diketahui mengenai suatu objek garapan. Telah dikemukakan bahwa indentifikasi merupakan strategi dasar bagi semua metode ekspisis lainnya.
Metode Perbandingan dilakukan untuk menurunkan suatu prinsip umum, maka corak penalarannya bersifat induktif.
Metode klasifikasi itu bertolak dari pengelompokan sejumlah hal ke dalam suatu kelas berdasarkan cirri-ciri yang sama, maka ia merupakan induksi.
Dengan demikian semua metode yang telah diuraikan dalam ekposisi sekligus jiga dapat dimanfaatkan dalam argumentasi. Tetapi dalam menerapkan metode-metode itu terdapat perbedaan. Pada tulisan ekspositoris fakta-fakta ditunjukan secukupnya untuk mengadakan kontritisasi atas inti persoalan yang dikemukakan. 

Sabtu, 27 Oktober 2012

Pertanyaan Tentang Penalaran Deduktif


TUGAS:
Pertanyaan tentang penalaran deduktif:
(1)    Sebutkan yang dimaksud dengan penalaran deduktif?
(2)    Tatapkan jenis siligisme berikut ini:
Tiap orang Indonesia termaksuk pembayaran pajak ataun tidak. Ia adalah pembayaran pajak. Sebab itu ia tidak termaksuk orang Indonesia yang tidak membayar pajak.
(3)    Perluaslah entimen berikut menjadi sebuah silogisme!
Ia seorang warga negara yang baik sebab setiap ada aksi-aksi social untuk kepentingan bangsa ia selalu ikut.
(4)    Tentukan modus dan figur dari silogisme berikut!
Semua mahasiswa adalah pelajar perguruan tinggi. Anita adalah pelajar Universitas Gunadarma. Sebab itu anita adalah seorang mahasiswa.
(5)    Tentukan modus dari silogisme berikut !
Beberapa proses mekanis adalah masinal. Semua gerak untuk menjalan kapal laut adalah proses mekanis. Sebab itu setiap gerakkan kapal adalah masinal.
(6)    Apa yang anda simpulkan dengan mengunakan data-data brikut!
Hasil tahun pertama pelita I bagi departemen PULT adalah:
Anggaran yang ditapkan Rp 33.690.000.000,-
Sebelum habis tahun, anggaran itu sudah abis dipakai; sebab itu, departemen ini mendapatkan tambahan anggaran sebesar Rp. 6.365.000.000,-
(7)    Apa pengertian dari silogisme?
(8)    Tetapkan jenis silogisme berikut:
Semua yang masuk peguruan tinggi adalah mahasiawa. Bejo adalah seorang yang masuk perguruan tinggi. Sebab itu bejo adalah seorang mahasiswa.
(9)     Sebutkan kaidah-kaidah dari silogisme kategorial?
(10)Apa pengertian dari Silogisme Alternatif?

Jumat, 26 Oktober 2012

PENALARAN DEDUKTIF


PENALARAN DEDUKTIF
1.      Pengertian Deduktif atau Deduksi
Kata deduktif atau deduksi  berasal dari kata latin deducere ( de yang berarti ‘dari’, dan kata ducere yang berarti ‘menghantar’, ‘memimpikan’). Dengan demikian kata deduksi yang diturunksn dsri ksts itu berarti ‘menghantar dari sesuatu hal kesesuatu hal yang lain’. Sebagai istilah dalam penalaran, deduksi merupakan proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.
Dalam pengalaman-pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposi, baik bersifat umum maupun bersifat khusus.
Dalam penalaran yang bersifat deduksi, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta itu. Yang perlu baginya adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang bersifat mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan proposisi umum tadi. Konklusi dalam sebuah deduksi dapat dipaktikan sebagai konklusi yang benar kalau proposisinya itu mengandung kebenaran.
Uraian mengenai proses berfikir yang deduktif akan dilangsungkan melalui beberapa corak berfikir deduktif, yaitu: silogisme kategorial,silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme alternative, entimem, rantai deduksi, dan teknik pengujian kebenaran atas tiap corak penalaran deduktif itu.
2.      Silogisme Kategorial
a.      Pengertian
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran, yang berusaha menghubungkan dua proposisi (peryataan) yang merupakan proposisi yang ketiga. Kedua proposisi yang pertama disebut juga premis. Batasan silogisme diatas berlaku baik untuk silogisme kategorial, maupun untuk siligisme hipotetis dan silogisme alternative.
Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dri tiga proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu. Tiap-tiap trem hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya:
1)      Semua buruh adalah manusia pekerja.
2)      Semua tukang batu adalah buruh.
3)      Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerjaan.
Contoh di atas memenuhi batasan di atas. Dalam rangkaian pernyataan diatas terdapat tiga proposisi: (1)+(2)+(3). Dalam rangkaian ini hanya terdapat tiga term, dan tiap term muncul dalam dua proposisi. Term predikat dari konklusi adalah term mayor dari seluruh silogisme itu. Sedangkan subyek dari konklusi desebut term minor dari silogisme, sementara trem yang muncul dalam kedua premis dan tidak muncul dalam kesimpulan disebut term tengah.
b.      Proposisi Silogisme
Dalam seluruh silogisme hanya terdapat tiga term, yaitu trem mayor, term minor, dan term tengah. Dalam silogisme hanya terdapat tiga proposisi, yaitu dua proposisi yang disebut premis, dan sebuah proposisi, yaitu dua proposisi yang disebut konklusi. Proposisi-proposisinya yaitu ada premis mayor, ada premis minor, dan konklusi.
(1)   Premis mayor adalah premis yang mengandung term mayor dari silogisme itu. Premis mayor adalah proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu. Contonya ‘ semua buruh adalah manusia pekerja’.
(2)   Premis minor adalah premis yang mengandung trem minor dari silogisme itu. Premis mayor adalah proposisi yang mengeditifikasi sebuah peristiwa yang khusus sebagai anggota dari kelas tadi. Contonya ‘semua tukang batu adalah buruh’.
(3)   Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan, bahwa apa yang benar tentang seluruh kelas, juga akan benar atau berlaku bagi anggota tertentu.contohnya ‘semua tukang batu adalah manusia pekerja’.
c.       Kesahihan dan Kebenaran
Kesahihan (validitas atau keabsahan) dari suatu silogisme semata-mata tergantung dari bentuk logisnya, sedangkan kebenaran tergantung dari fakta-fakta yang mendukung sebuah pernyataan. Betuk logis sebuah silogisme ditentukan oleh:
(1)   Bentuk logis dari pernyataan-pernyataan kategorial dalam silogisme.
(2)   Cara penyusunan term-term dalam masing-masing pernyataan dalam silogisme itu.
Bentuk sebuah silogisme adalah fungsi dari modus dan figur dari silogisme. Sedangkan modus sebuah silogisme adalah penyebutan dan pengrutan bentuk-bentuk dari semua proposisi dalam silogisme standar. Misalnya:
Permis mayor       : manusia adalah makhluk berakal budi.
Permis minor        : alibaba adalah seorang manusia
Kesimpulan           : sebab itu, alibaba adalah makhluk hidup berakal budi.
d.      Menguji Validitas
Untuk menguji apakah silogisme itu abash atau tidak, dapat dipergunakan bentuk sebuah silogisme sebagai dikemukakan di atas dengan menggunakan Deagram Venn.
(1)   Pengujian A A A -1     
Premis Mayor : semua prajurit adalah orang yang gagah berani.
Premis Minor  :semua kelasi adalah prajurit.
Kesimpulan     : jadi, semua kelasi adalah orang yang gagah berani.
(2)   Pengujian A A A-2
Premis Mayor : semua prajurit orang yang gagah berani
Premis Minor  : semua kelasi adalah orang yang gagah berani.
Kesimpulan     : semua kelasi adalah prajurit.
(3)   Pengujian A E E –2
Premis Mayor : semua pengajar adalah guru
Premis Minor : tidak ada pelajar adalah guru
Kesimpulan     : tidak ada pelajar adalah pengajar
(4)   Pengujiaan I A I –3
Premis Mayor : beberapa binatang bersayap adalah burung.
Premis Minor  : semua binatang bersayap adalah unggas.
Kesimpulan     : sebab itu, beberapa unggas dalah burung.
(5)   Pengujiaan I E O –4
Premis Mayor : beberapa sarjana adalah usahawan.
Premis Minor  : tak ada usahawan adalah tenaga edukatif.
Kesimpulan     : beberapa tenaga edukatif adalah sarjana.

e.      Kaidah-kaidah silogisme kategorial
(1)   Semua silogisme harus terdiri dari tiga proposisi. Ketiga proposisi itu masing-masing disebut : premis mayor, premis minor, dan konlusi.
(2)   Dalam ketiga proposisi itu harus terdapat tiga term, yaitu term mayor, yang merupakan term predikat dari konklusi, term minor yang menjadi term subyek dari konklusi, dan term tengah yang menghubungkan premis mayor dan premis minor.
(3)   Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus terbesar atau sudah disebut dalam premis-premisnya.
(4)   Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat particular, maka konklusinya harus bersifat pratikular.
(5)   Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus besifat universal.
(6)   Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah premis yang negative, maka konkulasinya harus negative.
(7)   Dari dua buah premis yang negative tidak dapat ditarik kesimpulan.
(8)   Dari dua premis yang bersifat particular, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sah.

3.      Silogisme Hipotetis
Silogisme hipotetis atau silogisme pengendalian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese.
Oleh sebab itu rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah:
Jika P, maka Q
Untuk mudahnya perhatikan bentuk silogisme hipotetis berikut:
Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis Minor  : Hujan tidak turun.
Konkolusi         : Sebab itu panen akan gagal.
Walaupun premis mayor bersifat hipotesis, premis minor dan konklusinya tetap bersifat kategorial.

4.      Silogisme Alternatif
Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Proposisi alternative yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemukinan atau pilihan-pilihan. Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolaksalah satu alternatifnya. Contoh:
Premis mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah.
Premis minor  : Ayah ada dikantor
Konkulasi         : Sebab itu, ayah tidak ada di rumah.
Atau
Premis mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah.
Premis minor  : Ayah tidak ada dikantor
Konkulasi         : Sebab itu, ayah ada di rumah.

5.      Entimem
Dalam kehidupan sehar-hari biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap diketahui pula oleh orang lain, bentuk semacam ini dinamakan entimen.
Misalnya sebuah silogisme asli akan dinyatakan oleh seorang pengasuh ruangan olahraga dalam sebuah harian sebagai berikut :
Premis mayor: Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup adalah seorang permain kawakan.
Premis minor  : Rudy Hartono terpilih untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup.
Konkulasi         : Sebab itu Rudy Hartono adalah seorang pemain kawakan.
Persoalan dalam sebuah argumentasi adalah bagaimana pengemukakan dan menganalisa kebenaran atau menunjukkan kekeliruan penalaran orang lain.
6.      Rantai Deduksi
Seringkali penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang-orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkai beberapa bentuk silogisme yang terutang dalam bentuk-bentuk yang informal. Misalnya sesudah beberapa kali merasakan buah belimbing, seorang akan mengambil kesimpulan: belimbing masam rasanya.
Dalam kenyataan penalaran yang induktif dan deduktif member pengaruh timbale balik, sebab secara serempak penalaran itu dapat bergerak melalui proses-proses yang komplek, dengan menilai avidensi yang ditimbulkan oleh situasi tertentu. Penalaran itu melukiskan generalisasi yang tepat dari pengetahuan seseorang, serta menerapkannya secara deduktif kepada situasi yang khusus.