Flying Pink Butterfly Kaoani hany_@lony


Jumat, 06 Juni 2014

OUTLOOK EKONOMI GLOBAL 2008, Perlawanan Naga pada Tahun Tikus



JAKARTA, Investor Daily Setidaknya ada tiga pertanyaan yang menghantui ekonomi global pada 2008. Pertama, apakah krisis finansial yang dipicu kasus subprime mortgage di AS dampaknya masih berlanjut pada 2008? Kedua, aknkah kenaikan … harga minyak mentah yang mengancam inflasi semakin “menggila”? Ketiga, mungkinkah pergerakan harga komoditas saat ini merupakan mekanisme pasar dalam mencari keseimbangan baru?
Jika jawaban dari ketiga pertanyaan itu adalah benar, resesi ekonomi akan menjadi ancaman besar. Sebaliknya, jika salah satu saja jawabannya tidak, ekonomi dunia kemungkinan masih bersinar. Merrill Lynch dan Morgan Stanley di New York mengkhawatirkan ekonomi dunia tahun ini akan tergelincir dalam resesi, sebab tingkat pengangguran naik 5% pada Desember 2007, tertinggi dalam dua tahun terakhir. Apalagi, menapaki tahun 2008, ekonomi langsung diadang kenaikan harga minyak hingga menembus batas pskologis US$ 100 per barel. “Saya takut, kita semua akan merasakan perlambatan ekonomi yang dipicu kenaikan harga minyak,” kata Stuart, analis Merrill Lynch, seperti dikutip Bloomberg, belum lama ini.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga mengingatkan terkait ketidakpastian ekonomi dan ancaman inflasi global menyusul kenaikan harga minyak yang diikuti kenaikan harga komoditas lainnya. IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2008 berkisar 4,8%, menurun dibanding 2007 sebesar 5,2%. Meskipun demikian, banyak juga ekonom yang optimistis bahwa ekonomi global akan terhindar dari resesi. Masih tingginya tingkat konsumsi di AS, yang menyumbang 70% dari aktivitas ekonomi, diyakini mampu menahan kejatuhan ekonomi negeri itu yang sempat terempas akibat krisis subprime mortgage.
Demikian juga dengan pasar saham, meskipun di pengujung tahun lalu harganya berguguran, secara keseluruhan Indeks Dow Jones masih mencatat gain sekitar 6,4% pada 2007. “Penurunan suku bunga The Fed akan meningkatkan daya beli, sementara pelemahan dolar AS bakal memacu ekspor sehingga PDB membaik,” kata Saphiro, ekonom AS.
Namun, jika para fund manager yang bermain ekspektasi memprediksi ekonomi global memburuk, hal itu tidak mustahil menjadi kenyataan karena aksi mereka bisa mengguncang dunia. Seperti halnya minyak, para pialang di pasar New York memprediksi harganya bakal menembus US$ 200 per barel pada akhir tahun 2008 karena stok minyak AS turun, berkurangnya produksi minyak Meksiko, dan tertundanya eksplorasi ladang di Arab Saudi. Mereka kemudian ramai-ramai membuat kontrak beli jangka panjang sehingga permintaan komoditas itu melonjak. International Energy Agency memprediksi permintaan minyak 2008 naik 2,5%. Ekspektasi demikian tentunya sangat membahayakan bagi ekonomi dan bisa membawa dunia ke dalam resesi. “Harga minyak US$ 100 per barel artinya hanya US$ 14,9 sen satu cangkir. Ini sangat murah,” kata Matthew R Simmons, kepala lembaga investasi Simmons & Co International. “Suplai minyak sangat ketat, sementara permintaan tinggi. Saya tidak melihat bagaimana jalan keluar dari krisis energi ini,” ungkapnya seperti dikutip Bloomberg.
Naga Asia
Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Tiongkok menjadi tumpuah harapan sebagai pendorong ekonomi dunia. Negeri yang disebut sebagai naga Asia itu, bersama India, Rusia dan negara-negara emerging market diprediksi mampu melawan perlambatan ekonomi global pada tahun tikus ini. Sejumlah ekonom meyakini, Tiongkok akan mampu melawan tiga musuh utamanya, yakni terkoreksinya bursa Wall Street dan perlambatan ekonomi AS, pengetatan moneter karena overheating, dan berkurangnya kapasitas produksi karena ekspor ke negara mitra dagang menurun.
Tiongkok disebut-sebut sebagai naga yang cerdik yang mampu menyemburkan api hingga tiga kali untuk mematahkan perlawanan musuh. Salah satu buktinya, Shanghai Index dan Shenzhen Index mampu melawan keterpurukan bursa global ketika terjadi krisis subprime mortgage. Shenzhen mencatatkan rekor teratas pencetak gain selama 2007 dengan kenaikan sebesar 163,98%. Tak hanya itu, minat perusahaan untuk mendapatkan dana dari pasar modal bertambah marak, mencapai sekitar US$ 100 miliar. Disamping itu, produk domestik bruto (PDB) Tiongkok selama lima tahun terakhir ini tumbuh sangat fantastis, mencapai dua digit. IMF memprediksi, PDB Tiongkok pada 2008 mampu bertahan pada angka dua digit, yakni 10,2%, meskipun menurun dibanding 2007 yang diprediksi sekitar 11,5%.
Namun, ekonom senior Lehman Brothers Mingchun Sun memprediksi PDB Tiongkok pada 2008 hanya sekitar 9,8%, kecuali jika Tiongkok mampu membuat terobosan pasar. Sebab, mitra dagang Sang Naga, seperti AS dan Eropa, tengah dilanda perlambatan ekonomi. Ekspor Tiongkok ke AS dari tahun ke tahun terus meningkat dari US$ 100 miliar pada 2000 menjadi US$ 288 miliar per Oktober 2007. Serbuan produk Tiongkok yang dikenal berharga murah membuat pengusaha AS “pontang-panting” karena pasarnya terus tergerus. Saat ini, ekspor produk Tiongkok ke AS sekitar 30% dari total ekspor Negeri Tirai Bambu itu.
Pusat Perhatian
Tiongkok sekarang ini menjadi negeri yang sangat penting bagi ekonomi dunia. Bahkan, lembaga investasi internasional sekaliber Morgan Stanley harus “tunduk” setelah mendapat suntikan dana dari China Investment Corporation (CIC) sebesar US$ 5 miliar guna menutupi krisis keuangannya akibat terseret kasus subprime mortgage. Sebelumnya, CIC juga membeli saham Blackstone Group, sebuah perusahaan investasi terbesar di AS senilai US$ 3 miliar. Blackstone juga dikenal sebagai “mainan” bisnis para politisi AS. Pembelian ini dibaca pasar sebagai strategi untuk mempengaruhi ekonomi AS, mengingat negeri Paman Sam itu tak henti-hentinya menekan Tiongkok agar mau membuka sistem kurs mata uang yuan yang dianggap sebagai biang keladi mengapa produk Tiongkok dapat menyerbu pasar dengan harga sangat murah. CIC secara resmi berdiri pada September 2007, tetapi perkembangan investasinya sangat cepat berkat dukungan dana yang sangat besar.
Tiongkok menggunakan model Temasek untuk memutarkan cadangan devisanya yang terus membumbung hingga mencapai USS 1,4 triliun per September 2007. Selain melalui CIC, pemerintah Tiongkok juga mempunyai Safe Investment Company (SIC) yang mengelola sekitar US$ 200 miliar dari cadangan devisa negeri itu, Belum lama ini, SIC membeli saham di tiga bank terbesar di Australia, yakni Australia and New Zeland bank, Commonwealth Bank of Australia, dan National Australia Bank.
Pengaruh dagang dan kiprah lembaga investasi Tiongkok tersebut membuat negeri ini sangat diperhitungkan. Apalagi, dalam kondisi perlambatan ekonomi global, Tiongkoklah yang diharapkan mampu menjadi mesin pendorong ekonomi.
Ekonomi AS
Sementara itu, AS yang selama ini menjadi kiblat ekonomi dunia, mendapat ujian sangat berat menyusul krisis subprime mortgage yang tidak hanya merontokkan pasar finansial di negeri itu, tetapi juga menyeret pasar global. IMF menurunkan PDB AS pada 2008 dari sekitar 2,8% menjadi sekitar 2,2%. Sementara itu, kawasan Eropa yang korporasinya banyak menjadi korban subprime mortgages, pertumbuhan ekonominya diperkirakan turun 0,2% menjadi 2,1% pada 2008.
Begitu pula dengan Jepang, ekonominya hanya akan bertumbuh sekitar 1,7% pada 2008, lebih rendah dibanding 2007 sebesar 2,0%. Menurut Mickey Levy, kepala ekonom Bank of America, dampak dari penurunan suku bunga Bank Sentral AS (the Fed) akan menstimulus pasar keuangan dan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga mampu mereduksi ancaman resesi.
Sejumlah analis juga memprediksi, kejatuhan pasar perumahan AS akan mencapai dasar pada pertengahan 2008, dan setelah itu menjadi lebih baik. “Penghapusbukuan (write off) kredit macet akibat subprime mortgage akan membersihkan keuangan sehingga kinerja korporasi kembali baik mulai pertengahan tahun ini,” kata Zandi, kepala ekonom Moody’s Economy.com. Sejumlah ekonom meyakini
The Fed akan kembali menurunkan suku bunganya secara bertahap hingga semester pertama 2008 menjadi 3,5% dari posisi saat ini sebesar 4,25%. Namun pada semester kedua suku bunga diprediksi kembali dinaikkan untuk meredam inflasi seiring tren kenaikan harga minyak dan komoditas lainnya. Para analis optimistis, makin membaiknya kinerja korporasi di AS dan mulai cairnya pasar keuangan yang sempat mampet akibat krisis subprime mortgage, membuat pasar saham di Wall Street kembali bersinar pada 2008.

Kesimpulan dari  OUTLOOK EKONOMI GLOBAL 2008, Perlawanan Naga pada Tahun Tikus

Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Tiongkok menjadi tumpuah harapan sebagai pendorong ekonomi dunia. Negeri yang disebut sebagai naga Asia itu, bersama India, Rusia dan negara-negara emerging market diprediksi mampu melawan perlambatan ekonomi global pada tahun tikus ini. Sejumlah ekonom meyakini, Tiongkok akan mampu melawan tiga musuh utamanya, yakni terkoreksinya bursa Wall Street dan perlambatan ekonomi AS, pengetatan moneter karena overheating, dan berkurangnya kapasitas produksi karena ekspor ke negara mitra dagang menurun.

Tiongkok disebut-sebut sebagai naga yang cerdik yang mampu menyemburkan api hingga tiga kali untuk mematahkan perlawanan musuh. Salah satu buktinya, Shanghai Index dan Shenzhen Index mampu melawan keterpurukan bursa global ketika terjadi krisis subprime mortgage. Shenzhen mencatatkan rekor teratas pencetak gain selama 2007 dengan kenaikan sebesar 163,98%.

Namun, ekonom senior Lehman Brothers Mingchun Sun memprediksi PDB Tiongkok pada 2008 hanya sekitar 9,8%, kecuali jika Tiongkok mampu membuat terobosan pasar. Sebab, mitra dagang Sang Naga, seperti AS dan Eropa, tengah dilanda perlambatan ekonomi. Ekspor Tiongkok ke AS dari tahun ke tahun terus meningkat dari US$ 100 miliar pada 2000 menjadi US$ 288 miliar per Oktober 2007. Serbuan produk Tiongkok yang dikenal berharga murah membuat pengusaha AS “pontang-panting” karena pasarnya terus tergerus. Saat ini, ekspor produk Tiongkok ke AS sekitar 30% dari total ekspor Negeri Tirai Bambu itu.

Tiongkok sekarang ini menjadi negeri yang sangat penting bagi ekonomi dunia. Bahkan, lembaga investasi internasional sekaliber Morgan Stanley harus “tunduk” setelah mendapat suntikan dana dari China Investment Corporation (CIC) sebesar US$ 5 miliar guna menutupi krisis keuangannya akibat terseret kasus subprime mortgage.

Sementara itu, AS yang selama ini menjadi kiblat ekonomi dunia, mendapat ujian sangat berat menyusul krisis subprime mortgage yang tidak hanya merontokkan pasar finansial di negeri itu, tetapi juga menyeret pasar global. IMF menurunkan PDB AS pada 2008 dari sekitar 2,8% menjadi sekitar 2,2%. Sementara itu, kawasan Eropa yang korporasinya banyak menjadi korban subprime mortgages, pertumbuhan ekonominya diperkirakan turun 0,2% menjadi 2,1% pada 2008.
Begitu pula dengan Jepang, ekonominya hanya akan bertumbuh sekitar 1,7% pada 2008, lebih rendah dibanding 2007 sebesar 2,0%. Menurut Mickey Levy, kepala ekonom Bank of America, dampak dari penurunan suku bunga Bank Sentral AS (the Fed) akan menstimulus pasar keuangan dan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga mampu mereduksi ancaman resesi.
Sejumlah analis juga memprediksi, kejatuhan pasar perumahan AS akan mencapai dasar pada pertengahan 2008, dan setelah itu menjadi lebih baik. “Penghapusbukuan (write off) kredit macet akibat subprime mortgage akan membersihkan keuangan sehingga kinerja korporasi kembali baik mulai pertengahan tahun ini,” kata Zandi, kepala ekonom Moody’s Economy.com. Sejumlah ekonom meyakini.

Outlook Ekonomi Global



Tag Archives: Ekonomi Global
The Landscape
Ekonomi dunia pada tahun 2012 kemungkinan masih akan didominasi oleh krisis Eropa, dimana pembahasan para ahli WEF menyoroti masalah kondisi surat utang negara.
Pada tahun 2008 ketika negara berkembang membantu sistem perbankan dalam menangani krisis keuangan, dengan sendirinya mereka membawa masalah itu dalam keuangan negaranya. Saat ini, negara besar di dunia tengah menghadapi krisis surat utang disaat pertumbuhan ekonomi dunia tengah mengalami perlambatan dibarengi memuncaknya jumlah pengangguran.
Hasilnya, kondisi ekonomi pada tahun 2012 akan diwarnai instabilitas di mana muncul ketiadaan aturan sistem keuangan yang bisa diterima semua negara, rendahnya kepercayaan pada pasar, dan munculnya spekulasi.
Sebuah ekspektasi bahwa peralihan kekuatan ekonomi dunia akan muncul dari Negara-negara emerging market(Brasil,India,China,Indonesia) yang dimana Kondisi ekonomi dan politik akan terus berlanjut dengan adanya peralihan dari negara-negara di Utara ke Selatan dan dari Barat ke Timur.
Transisi ini menyebabkan pelemahan pada sistem multilateral atau institusi internasional. Selain itu, hal ini juga menyebabkan meningkatnya kekuatan regional dalam hubungan internasional termasuk di dalamnya keamanan, perdagangan, dan keuangan.
Pada tahun 2012, dunia akan dipenuhi dengan peralihan pengaruh dari intitusi yang berpusat pada negara ke koalisi berdasarkan keinginan dan institusi non pemerintahan. Hal itu terlihat dari kegiatan diplomasi dan aksi dari organisasi regional.Ketika kita membicarakan masalah pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta penciptaan lapangan kerja yang kondusif,pasti masalah yang paling pelik adalah tentang pengangguran yang dimana menjadi focus salah satu isu ekonomi serta politik yang dihadapi pemimpin Negara-negara di dunia.Pengangguran merupakan refleksi dari sejumlah kesalahan structural,cultural,pertambahan populasi dunia,kesenjangan social antara si kaya dan miskin,serta adanya gap antara pendidikan,skill dan pekerjaan.
Pada krisis ekonomi terbesar sejak great depression,system politik di AS dan Eropa telah runtuh.Pengambilan keputusan yang bersifat statis disalah satu pasar utama dunia akan mempunyai efek domino yang bersifat destruktif terhadap seluruh system di dunia. Di sisi lain, fokus pemerintah yang berupaya memperbaiki kondisi ekonomi domestik menyebabkan kekosongan kepemimpinan pada isu-isu global. Institusi politik diperkirakan akan menghadapi masa kritis karena berkurangnya kepercayaan masyarakat. Dengan pelemahan fungsi negara, mekanisme baru seperti kemitraan multi stakeholder dalam berbagai bentuk dan tingkatan sangat diharapkan memainkan peranan penting dalam menyalurkan nilai-nilai publik.Kita tak bisa menafikan bahwa setiap aksi pasti akan ada reaksi dan disetiap ada input pasti ada output,permasalahannya adalah tekanan ekonomi akan menyebabkan perlunya inovasi dalam pertumbuhan teknologi yang berkelanjutan dan model ekonomi serta jangan sampai eksploitatif terhadap sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang mulai mengalami kelangkaan(scarcity).
The Opportunity&The Challenges
Pergerakan ekonomi dunia mulai bersifat multipolar,yakni hegemoni suatu Negara yang powerfull sedikit demi sedikit akan mulai memudar bahwa asumsi ini berdasarkan kondisi perekonomian dunia yang mengalami fase fluktuaktif.Seorang ekonom berkata bahwa
The World’s Center of gravity is already tipping decisively in favor of the emerging economies
maksudnya adalah Pusat Dunia gravitasi sudah terbalik tegas berpihak pada negara berkembang.Para investor mulai melirik Negara-negara yang invesment grades (salah satunya Negara Indonesia) tetapi perlu diketahui bahwasanya Negara kita sebagai Negara yang berkembang jangan terlalu berbangga hati karena walaupun banyak capital inflow yang masuk ke Indonesia jika kepastian hukum bias,infrastruktur belum kondusif niscaya minat investor akan berkurang.Pada dasarnya Indonesia sebagai the emergence of the ‘third world’to ‘emerging market’perlu melakukan manuver-manuver yang lebih strategis dengan konsep” Commitment to an integrated bureaucratic Reform is critical success factor” yakni dengan proker yang kondusif seperti;mendukung pengembangan industry barang dan jasa,transisi dari teknologi yang rendah ke kualitas teknologi yang tinggi serta ramah lingkungan,membantu para pengusaha dalam negri untuk ekspansi brand mereke ke internasional dll.
Proyeksi ekonomi Indonesia membuat semacam estimasi bahwa Indonesia akan menjadi Negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2045-2050.Pada tahun 2045,perekonomian Indonesia akan lebih besar dari korea selatan dan italia dari data tahun 2010 PDB Indonesia sebesar USD 709 Miliar dengan pendapatan per kapita USD 3000,sedangkan ekspektasi di tahun 2025 PDB Indonesia sekitar USD 3.0 Triliun dengan pendapatan per kapita USD 10,70 dan di tahun 2045 PDB sekitar USD 9.6 Trilliun dengan perndapatan per kapita USD 31,000.Semua asumsi dan ekspektasi tersebut di buat oleh World Bank pada awal tahun 2011.Indonesia harus terus membangun serta membenahi dirinya agar dapat memanfaatkan momentum yang bagus seperti ini dengan cara membuat semacam benteng ekonomi yang kokoh dengan stakeholders yang bersangkutan dengan cara sebagai berikut;
1.     Menjaga stabilitas sector financial,yaitu dengan reaktualisasi manajemen protocol krisis.
2.    Ada arahan APBN yang baik mengenai pembelanjaan dan pembiayaan yang memadai serta efisien.
3.    Adanya regulasi jaring pengaman social.
4.    Menerapkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang bersifat counter cyclical.
5.    Mengoptimalkan momentum penurunan suku bunga untuk mengefektifkan stimulus pada perekonomian.
6.    Menjaga komunikasi dan kordinasi dengan stakeholders yang lain
Indonesia berpotensi menjadi kiblat ekonomi dunia dalam empat industry,yaitu;industry busana muslim muslimah,industry makanan dan minuman halal,industry media berkonten religi,industry keuangan syariah. Potensi ini sulit dihambat karena sifatnya market driven yang didukung oleh dua faktor utama yaitu populasi dan kreatifitas(karim business consulting,2012). Perlu kiranya potensi ini harus digunakan sebaik-baiknya dengan cara memperhatikan aspek manajemen yang berdasarkan konsep balance scorecard yang efektif serta efisien.Perlu diketahui bahwa dampak krisis dapat datang melalui tiga transmisi,yaitu;financial linkage,trade linkage,economic linkage.Indonesia memiliki keunggulan dalam menangkal krisis,yakni PDB yang sumber utamanya dari konsumsi swasta dan inilah penyelamat saat krisis 2009.Jika kita berbicara tentang banking khususnya perbankan syariah bahwa dampak krisis Eropa dan AS terhadap perbankan syariah relatif minimal (berdasar pengalaman krisis 2009) ini disebabkan oleh linkage bank syariah dengan sector financial global relative lebih kecil dibanding bank konvensional.Pada waktu itu focus pembiayaan pada UMKM menjadi sebuah keunggulan yang dimana UMKM masih mendominasi struktur ekonomi Indonesia dengan rincian jumlah UMKM bahkan terus meningkat pada tahun 2007 sekitar 41,8 juta menjadi 51,2 juta pada tahun 2008.Sebagian besar UMKM adalah mikro di perdagangan,industry dan pertanian.Menurut kemenko ukm, masih sangat banyak UMKM yang belum mendapatkan akses pelayanan pembiayaan perbankan,rata-rata kendala yang dihadapi UMKM ialah;kesulitan modal(36.6%),pemasaran(4.4%),pengadaan bahan baku(16.7%),teknik produksi dan manajemen(26.9%),persaingan dll(17.4%).
Inilah tantangan yang harus dihadapi serta harus ada solusi yang mumpuni agar perekonomian Indonesia tetap sustainable, karena pada dasarnya semua bergantung kepada political will dari pemerintah serta segenap rakyat Indonesia itu sendiri(stay or run). Pengalaman banyak negara menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah lah yang telah menjadi pendorong utama peran pembiayaan syariah yang signifikan dalam ekonomi.Kebijakan dan aturan perundangan sangat diperlukan bagi pembiayaan sector rill untuk menciptakan iklim usaha yang mendukung,menciptakan pasar,peningkatan asset,kebijakan perpajakan,penyaluran program pemerintah lewat pembiayaan syariah baik bank maupun non bank.
Pemerintah Indonesia harus lebih concern untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan(sesuai filosofi,aspek operasional&tujuan ekonomi yang falah).Dengan ukuran PDB rill maupun interest-free banking Negara Iran dan Pakistan berhasil membesarkan kue ekonominya dengan begitu sector rill disana berkembang cukup pesat serta dapat membuka lapangan pekerjaan.Malaysia ketika ingin mendorong akumulasi modal, menerapkan comprehensive islamic financial system, Malaysia berhasil mendorong adanya financial development dan economic growth yang kokoh.Indonesia harus lebih proaktif untuk berkontribusi memakmurkan rakyatnya serta jangan terlalu pragmatis dalam kekuasaanya(hanya mementingkan sentiment parpolnya) dan alangkah bijaksana jikalau rakyat Indonesia mau berusaha dengan mandiri serta inisiatif membangun kehidupan ekonominya tanpa harus selalu menggantungkan dirinya kepada pemerintah.Mulailah dengan hal-hal sederhana entah itu dengan cara berbisnis,berwirausaha,atau apalah yang bisa memicu produktivitas yang dapat menghasilkan output(value added).
Nabi Muhammad mengatakan bahwa ekonomi adalah pilar pembangunan dunia,sebagaimana sabdanya: “Hendalah kamu menguasai bisnis, karena 90% pintu rezeki ada dalam bisnis/perdagangan”. (H.R.Ahmad)
Lebih baik buat kita jikalau memiliki 3 hukum ekonomi syariah/pun konven tapi sanggup untuk menjelaskan 99% perilaku/situasi ekonomi,daripada memiliki 99 hukum ekonomi syariah/pun konven tapi hanya bisa menjelaskan 3 persen perilaku/situasi ekonomi.
Sumber: http://hmpsmuamalat.wordpress.com/tag/ekonomi-global/

Selasa, 29 April 2014

Kasus L/C pada Perusahaan PT. El Nusa di Bank Mega

Dalam perdagangan internasional, sistem pembayaran dengan menggunakan Letter of Credit (atau disingkat L/C) adalah sistim yang paling baik dan fair baik bagi eksportir maupun importir. L/C merupakan sistem yang paling lazim digunakan para eksportir dan importir karena dalam pelaksanaan L/C, semua pihak, termasuk bank, hanya berurusan dengan dokumen, bukan dengan barang, jasa, atau pelaksanaan lainnya yang berkaitan dengan dokumen bersangkutan. Dengan menggunakan L/C para pihak mendapatkan perlakuan fair, karena kepemilikan atas barang yang diperdagangkan baru dapat berpindah tangan jika semua pihak telah memenuhi kewajibannya.
  • Definisi-Definisi dalam Transaksi Letter of Credit Pada umumnya L/C digunakan untuk membiayai penjualan barang/jasa jarak jauh antara eksportir dan importir.
Definisi L/C menurut CFG Sunaryati Hartono : “Secara harfiah L/C dapat diterjemahkan sebagai Surat Hutang atau Surat Piutang atau Surat Tagihan, tetapi sebenarnya L/C lebih merupakan janji akan dilakukan pembayaran,apabila dan setelah terpenuhi syarat-syarat” Bank Indonesia memberikan definisi mengenai L/C sbb : “Letter of Credit adalah janji dari issuing bank untuk membayar sejumlah uang kepada eksportir sepanjang ia dapat memenuhi syarat dan kondisi Letter of Credit tersebut” Sedangkan menurut Uniform Customs and Practice for Documentary Credit, ICC Publication No. 500 tahun 1993 (UCP 500),
Definisi L/C adalah : “Setiap perjanjian, apapun namanya atau maksudnya, dimana suatu bank (Issuing Bank atau bank penerbit) bertindak atas permintaan dan instruksi seorang nasabah (Applicant/pembuka) atau atas namanya sendiri, untuk melakukan pembayaran kepada pihak ketiga atau kuasanya (orang yang ditunjuk oleh beneficiary/penerima L/C) atau memberikan kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran, atau untuk mengaksep dan membayar bill of exchange/wesel, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk menegosiasi atas penyerahan dokumen-dokumen yang ditetapkan, asalkan memenuhi persyaratan dan kondisi L/C”
Berikut ini diuraikan definisi istilah-istilah dalam kaitannya dengan transaksi ekspor dan impor menggunakan L/C :
  • Applicant atau Pemohon adalah pihak yang mengajukan permohonan penerbitan/pembukaan L/C applicant biasanya adalah importer 
  •  Issuing Bank/Opening Bank atau Bank Penerbit adalah bank yang diminta oleh applicant untuk menerbitkan L/C
  • Advising Bankatau Bank Penerus adalah bank koresponden dari Issuing Bank yang diminta untuk meneruskan L/C kepada eksportir
  • Negotiating Bank atau Bank Penegosiasi adalah bank yang diberi kuasa oleh Issuing Bank untuk membayar sejumlah uang kepada beneficiary, sepanjang beneficiary telah menyerahkan dokumen-dokumen ekspor yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C 
  •  Benefiary atau Penerima adalah pihak yang menerima L/C dan biasanya juga adalah eksportir
  • Confirming Bank adalah bank yang ditunjuk oleh Issuing Bank untuk melakukan pembayaran dalam hal Issuing Bank cidera janji tidak melakukan pembayaran, sepanjang syarat dan kondisi L/C telah terpenuhi.
  • Sight L/C adalah L/C yang mensyaratkan pembayaran atas unjuk, dimana kewajiban bank untuk melakukan pembayaran adalah pada saat dokumen-dokumen diajukan kepadanya.
  • Usance L/C mensyaratkan pembayaran berjangka, dimana bank berkewajiban untuk membayar pada waktu tertentu pada masa yang akan datang, misalnya : 180 hari setelah tanggal B/L.
  • Negosiasi adalah pembelian dokumen oleh Negotiating Bank disertai pembayaran kepada beneficiary.
  • Pelanggaran/Penyimpangan yang Terjadi
Kasus L/C pada Perusahaan PT. El Nusa di Bank Mega
Akhir-akhir ini perbankan nasional kita lagi diterpa berbagai ujian yang mencoreng integritasnya yang jika tidak diantisipasi cepat akan berakibat pada hilangnya rasa kenyamanan dan keamanan para pemilik modal. Berita terakhir yang cukup mempengaruhi citra industry perbankan nasional adalah kasus pembobolan deposito
PT. El Nusa di Bank Mega akibat kejahatan perbankan ini,El Nus diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp. 111 miliar. Kasus sebelumnya yang tidak kalah mencoreng citra perbankan adalah kasus penggelapan nasabah bank asing, Citi Bank Indonesia hingga Rp. 17 milair yang melibatkan mantan pegawainya sendiri. Sebelum kasus ini terkuak, bank asing ini telah diterpa kasus penggunaan nasabah kartu kredit yang berujung pada meninggalnya Irzen Octa setelah diinterogasi di kantor Citi Bank Kejahatan perbankan yang sulit berganti,mulai kasus letter of credit (LC) fiktif,pembobolan ATM dan rekening nasabah tentunya aka menggerogoti integritas lembaga perbankan sebagai lembaga intermediasi yang bisa menghadirkan keamanan dan kenyamanan bagi para pemilik modal.
Jika jumlah modal yang digelapkan jumlahnya signifiikan dan menciptakan efek psiologi terhadap terhadap investor lain maka berujung pada resiko sistematika lantaran efek domino yang ditimbulkannya. Tapi jika sebaliknya, maka tidak akaberpengaruh terhadap terhadap perbankan nasional.
Jika dilihat lebih dalam,kejahatan perbankan yang didalangi oleh pihak internal sendiri tidak hanya disebabkan lemahnya moral dan akhlak para pemegang amanah dana masyarakat tersebut yang berujung pada perilaku moral hazard. Sebaik apapun sebuah system, jika tidak didukung dan dioperasikan oleh SDM yang berintegritas kuat maka akan berujung pada penyalahgunaan sistem. Orang dibalik sistemlah yang paling menentukan the man behind the system. Sebagai respon terhadap beberapa kasus moral hazard yang terjadi dilembaga perbankan yang notabene memiliki reputasi operating procedure yang baik,perlu ditekankan pada pembangunan karakter perilaku ekonomi yang berbasiskan nilai-nilai agama yang kuat.
Jika prinsip ajaran ilahiah dan akhlak mulia telah terinternalisasi pada perilaku individu baik dalam aktivitas ekonomi maupun perbankan,akan dengan sendirinya menjadi self control untuk tidak terjerumus pada moral hazard seperti penyalahgunaan amanah dan nasabah.
Perbankan syariah adalah salah satu bentuk konkret nyata,usaha integrasi nilai dan prinsip agama. Sistem yang kuat yang diikuti SDM yang berintegritas yang berbasiskan pada prinsip-prinsip ajaran agama akan menciptakan kondisi perbankan yang minim potensi moral hazard.
 Solusi yang paling bermanfaat untuk PT Elnusa diBank Mega
  1. Sebaiknya mencari SDM yang berintegritas kuat maka akan berujung pada penyalahgunaan sistem.
  2. Perlu ditekankan pada pembangunan karakter perilaku ekonomi yang berbasiskan nilai-nilai agama yang kuat.
  3. Berprinsip ilahiah dan akhlak mulia terinternalisasi pada perilaku individu baik dalam aktivitas ekonomi maupun perbankan.