Flying Pink Butterfly Kaoani hany_@lony: Oktober 2012


Sabtu, 27 Oktober 2012

Pertanyaan Tentang Penalaran Deduktif


TUGAS:
Pertanyaan tentang penalaran deduktif:
(1)    Sebutkan yang dimaksud dengan penalaran deduktif?
(2)    Tatapkan jenis siligisme berikut ini:
Tiap orang Indonesia termaksuk pembayaran pajak ataun tidak. Ia adalah pembayaran pajak. Sebab itu ia tidak termaksuk orang Indonesia yang tidak membayar pajak.
(3)    Perluaslah entimen berikut menjadi sebuah silogisme!
Ia seorang warga negara yang baik sebab setiap ada aksi-aksi social untuk kepentingan bangsa ia selalu ikut.
(4)    Tentukan modus dan figur dari silogisme berikut!
Semua mahasiswa adalah pelajar perguruan tinggi. Anita adalah pelajar Universitas Gunadarma. Sebab itu anita adalah seorang mahasiswa.
(5)    Tentukan modus dari silogisme berikut !
Beberapa proses mekanis adalah masinal. Semua gerak untuk menjalan kapal laut adalah proses mekanis. Sebab itu setiap gerakkan kapal adalah masinal.
(6)    Apa yang anda simpulkan dengan mengunakan data-data brikut!
Hasil tahun pertama pelita I bagi departemen PULT adalah:
Anggaran yang ditapkan Rp 33.690.000.000,-
Sebelum habis tahun, anggaran itu sudah abis dipakai; sebab itu, departemen ini mendapatkan tambahan anggaran sebesar Rp. 6.365.000.000,-
(7)    Apa pengertian dari silogisme?
(8)    Tetapkan jenis silogisme berikut:
Semua yang masuk peguruan tinggi adalah mahasiawa. Bejo adalah seorang yang masuk perguruan tinggi. Sebab itu bejo adalah seorang mahasiswa.
(9)     Sebutkan kaidah-kaidah dari silogisme kategorial?
(10)Apa pengertian dari Silogisme Alternatif?

Jumat, 26 Oktober 2012

PENALARAN DEDUKTIF


PENALARAN DEDUKTIF
1.      Pengertian Deduktif atau Deduksi
Kata deduktif atau deduksi  berasal dari kata latin deducere ( de yang berarti ‘dari’, dan kata ducere yang berarti ‘menghantar’, ‘memimpikan’). Dengan demikian kata deduksi yang diturunksn dsri ksts itu berarti ‘menghantar dari sesuatu hal kesesuatu hal yang lain’. Sebagai istilah dalam penalaran, deduksi merupakan proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.
Dalam pengalaman-pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposi, baik bersifat umum maupun bersifat khusus.
Dalam penalaran yang bersifat deduksi, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta itu. Yang perlu baginya adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang bersifat mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan proposisi umum tadi. Konklusi dalam sebuah deduksi dapat dipaktikan sebagai konklusi yang benar kalau proposisinya itu mengandung kebenaran.
Uraian mengenai proses berfikir yang deduktif akan dilangsungkan melalui beberapa corak berfikir deduktif, yaitu: silogisme kategorial,silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme alternative, entimem, rantai deduksi, dan teknik pengujian kebenaran atas tiap corak penalaran deduktif itu.
2.      Silogisme Kategorial
a.      Pengertian
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran, yang berusaha menghubungkan dua proposisi (peryataan) yang merupakan proposisi yang ketiga. Kedua proposisi yang pertama disebut juga premis. Batasan silogisme diatas berlaku baik untuk silogisme kategorial, maupun untuk siligisme hipotetis dan silogisme alternative.
Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dri tiga proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu. Tiap-tiap trem hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya:
1)      Semua buruh adalah manusia pekerja.
2)      Semua tukang batu adalah buruh.
3)      Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerjaan.
Contoh di atas memenuhi batasan di atas. Dalam rangkaian pernyataan diatas terdapat tiga proposisi: (1)+(2)+(3). Dalam rangkaian ini hanya terdapat tiga term, dan tiap term muncul dalam dua proposisi. Term predikat dari konklusi adalah term mayor dari seluruh silogisme itu. Sedangkan subyek dari konklusi desebut term minor dari silogisme, sementara trem yang muncul dalam kedua premis dan tidak muncul dalam kesimpulan disebut term tengah.
b.      Proposisi Silogisme
Dalam seluruh silogisme hanya terdapat tiga term, yaitu trem mayor, term minor, dan term tengah. Dalam silogisme hanya terdapat tiga proposisi, yaitu dua proposisi yang disebut premis, dan sebuah proposisi, yaitu dua proposisi yang disebut konklusi. Proposisi-proposisinya yaitu ada premis mayor, ada premis minor, dan konklusi.
(1)   Premis mayor adalah premis yang mengandung term mayor dari silogisme itu. Premis mayor adalah proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu. Contonya ‘ semua buruh adalah manusia pekerja’.
(2)   Premis minor adalah premis yang mengandung trem minor dari silogisme itu. Premis mayor adalah proposisi yang mengeditifikasi sebuah peristiwa yang khusus sebagai anggota dari kelas tadi. Contonya ‘semua tukang batu adalah buruh’.
(3)   Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan, bahwa apa yang benar tentang seluruh kelas, juga akan benar atau berlaku bagi anggota tertentu.contohnya ‘semua tukang batu adalah manusia pekerja’.
c.       Kesahihan dan Kebenaran
Kesahihan (validitas atau keabsahan) dari suatu silogisme semata-mata tergantung dari bentuk logisnya, sedangkan kebenaran tergantung dari fakta-fakta yang mendukung sebuah pernyataan. Betuk logis sebuah silogisme ditentukan oleh:
(1)   Bentuk logis dari pernyataan-pernyataan kategorial dalam silogisme.
(2)   Cara penyusunan term-term dalam masing-masing pernyataan dalam silogisme itu.
Bentuk sebuah silogisme adalah fungsi dari modus dan figur dari silogisme. Sedangkan modus sebuah silogisme adalah penyebutan dan pengrutan bentuk-bentuk dari semua proposisi dalam silogisme standar. Misalnya:
Permis mayor       : manusia adalah makhluk berakal budi.
Permis minor        : alibaba adalah seorang manusia
Kesimpulan           : sebab itu, alibaba adalah makhluk hidup berakal budi.
d.      Menguji Validitas
Untuk menguji apakah silogisme itu abash atau tidak, dapat dipergunakan bentuk sebuah silogisme sebagai dikemukakan di atas dengan menggunakan Deagram Venn.
(1)   Pengujian A A A -1     
Premis Mayor : semua prajurit adalah orang yang gagah berani.
Premis Minor  :semua kelasi adalah prajurit.
Kesimpulan     : jadi, semua kelasi adalah orang yang gagah berani.
(2)   Pengujian A A A-2
Premis Mayor : semua prajurit orang yang gagah berani
Premis Minor  : semua kelasi adalah orang yang gagah berani.
Kesimpulan     : semua kelasi adalah prajurit.
(3)   Pengujian A E E –2
Premis Mayor : semua pengajar adalah guru
Premis Minor : tidak ada pelajar adalah guru
Kesimpulan     : tidak ada pelajar adalah pengajar
(4)   Pengujiaan I A I –3
Premis Mayor : beberapa binatang bersayap adalah burung.
Premis Minor  : semua binatang bersayap adalah unggas.
Kesimpulan     : sebab itu, beberapa unggas dalah burung.
(5)   Pengujiaan I E O –4
Premis Mayor : beberapa sarjana adalah usahawan.
Premis Minor  : tak ada usahawan adalah tenaga edukatif.
Kesimpulan     : beberapa tenaga edukatif adalah sarjana.

e.      Kaidah-kaidah silogisme kategorial
(1)   Semua silogisme harus terdiri dari tiga proposisi. Ketiga proposisi itu masing-masing disebut : premis mayor, premis minor, dan konlusi.
(2)   Dalam ketiga proposisi itu harus terdapat tiga term, yaitu term mayor, yang merupakan term predikat dari konklusi, term minor yang menjadi term subyek dari konklusi, dan term tengah yang menghubungkan premis mayor dan premis minor.
(3)   Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus terbesar atau sudah disebut dalam premis-premisnya.
(4)   Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat particular, maka konklusinya harus bersifat pratikular.
(5)   Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus besifat universal.
(6)   Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah premis yang negative, maka konkulasinya harus negative.
(7)   Dari dua buah premis yang negative tidak dapat ditarik kesimpulan.
(8)   Dari dua premis yang bersifat particular, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sah.

3.      Silogisme Hipotetis
Silogisme hipotetis atau silogisme pengendalian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese.
Oleh sebab itu rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah:
Jika P, maka Q
Untuk mudahnya perhatikan bentuk silogisme hipotetis berikut:
Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis Minor  : Hujan tidak turun.
Konkolusi         : Sebab itu panen akan gagal.
Walaupun premis mayor bersifat hipotesis, premis minor dan konklusinya tetap bersifat kategorial.

4.      Silogisme Alternatif
Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Proposisi alternative yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemukinan atau pilihan-pilihan. Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolaksalah satu alternatifnya. Contoh:
Premis mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah.
Premis minor  : Ayah ada dikantor
Konkulasi         : Sebab itu, ayah tidak ada di rumah.
Atau
Premis mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah.
Premis minor  : Ayah tidak ada dikantor
Konkulasi         : Sebab itu, ayah ada di rumah.

5.      Entimem
Dalam kehidupan sehar-hari biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap diketahui pula oleh orang lain, bentuk semacam ini dinamakan entimen.
Misalnya sebuah silogisme asli akan dinyatakan oleh seorang pengasuh ruangan olahraga dalam sebuah harian sebagai berikut :
Premis mayor: Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup adalah seorang permain kawakan.
Premis minor  : Rudy Hartono terpilih untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup.
Konkulasi         : Sebab itu Rudy Hartono adalah seorang pemain kawakan.
Persoalan dalam sebuah argumentasi adalah bagaimana pengemukakan dan menganalisa kebenaran atau menunjukkan kekeliruan penalaran orang lain.
6.      Rantai Deduksi
Seringkali penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang-orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkai beberapa bentuk silogisme yang terutang dalam bentuk-bentuk yang informal. Misalnya sesudah beberapa kali merasakan buah belimbing, seorang akan mengambil kesimpulan: belimbing masam rasanya.
Dalam kenyataan penalaran yang induktif dan deduktif member pengaruh timbale balik, sebab secara serempak penalaran itu dapat bergerak melalui proses-proses yang komplek, dengan menilai avidensi yang ditimbulkan oleh situasi tertentu. Penalaran itu melukiskan generalisasi yang tepat dari pengetahuan seseorang, serta menerapkannya secara deduktif kepada situasi yang khusus.