Sabtu, 22 Desember 2012
PENALARAN INDUKTIF
PENALARAN
INDUKTIF
Penalaran Induktif
Penalalaran iduksi adalah suatu proses
berfikir yang bertolak dari atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan
suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari
penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada.
Proses penalaran yang induktif dapat
dibedakan atas bermacam-macam variasi yang berturut-turut akan ditemukakan
dalam bagian-bagian berikut : generalisasi, hipotese dan teori, ansalogi induktif,
dan sebagainya.
1. Generalisasi
Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual
untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua
fenomena tadi.
Contoh
generalisasi : bila seorang berkata bahwa mobil
dan kendaraan adalah semacam kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga.
Generalisasi
sendiri kita masih membedakan generalisasi yang berbentuk loncatan induksi, dan yang bukan
loncatan induktif.
a. Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi yang bersifat loncatan
induktif tetap bertolak dari beberapa fakta yang digunakan belum mencerminkan
seluruh fenomena yang ada.
Loncatan induktif dapat diartikan sebagai
loncatan dari sebagian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampaui
kemungkinan yang diberi oleh evidensi-evidensi itu.
b. Tampa loncatan induktif
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan
induktif bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga
tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Perbedaan antara generalisasi dengan loncatan induktif dan tampa
loncatan induktif sebenarnya terletak dalam persoalan jumlah fenomena yang di
perlukan.
Pengujian
atau evaluasi generalisasi tersebut terdiri dari:
(1) Harus diketahui apakah sudah cukup banyak jumlah peristiwa yang
diselidiki sebagai dasar generalisasi tersebut (ciri kualitatif)
(2) Apakah peristiwa-peristiwa itu merupakan contoh yang baik bagi
semua yang jenis yang diselidiki
(3) Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperhitungkan
kekecualian-kekecualian yang tidak sejalan dengan generalisasi itu.
(4) Perumusan generialisasi itu sendiri juga harus absah.
2. Hipotese dan
Teori
Sebenernya
generalisasi dan hipotese tumpang tindih sifatnya, namun membedakan dua istilah
itu sangat perlu.
Hipotese adalah semacam
teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan
fakta-fakta tertentu sebagai penuntut dalam penelitian fakta-fakta lain lebih
lanjut.
Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang
diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan
fenomena-fenomena yang ada. Hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat
sementara mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena, sedangkan
teori merupakan fenomena-fenomena yang relevan atau sejenis.
Untuk merumuskan
hipotese yang baik perhatikan beberapa ketentuan berikut:
(1) Secara maksimal memperhitungkan semua avidensi yang ada semakin
banyak evidensi yang digunakan.
(2) Bila tidak ada alasan-alasan lain, maka antara dua hipoteses yang
mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotese yang sederhana dari pada yang
rumit.
(3) Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan
pengalaman manusia.
(4) Hipotese bukan hanya menjelaskan fakta-fakta yang membentuknya.
3. Analogi
Analogi atau
kadang-kadang disebut juga analogi induktif adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari dua peristiawa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian
menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal
lain.
Contoh: bila sesorang
mengatakan, awan dari ledakan bom atom itu, membentuk sebuah cendawan raksasa,
maka pembandingan antara awan ledakan atom dan cendawan. Merupakan sebuah
analogi sebab kedua hal itu sangat berbeda kelasnya, kecuali kesamaan
bentuknya.
4. Hubungan Kausal
Pada umumnya
hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola brikut: sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.
a. Sebab ke Akibat
Hubungan sebab ke akibat mula-mula bertolak
dari suatu peristiwa yang dianggap sebagi sebab yang diketahui, kemudian
bergerak maju menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat yang
terdekat.
Contoh: saya menekan tombol lampu menyala,
penekanan tombol sebagai satu sebab manimbulkan satu efek, yaitu lampu nyala.
b. Akibat ke Sebab
Hubungan akibat ke sebab merupakan suatu
proses berfikir yang induktif juga dengan bertolak dari suatu peristiwa yang
dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian bergerak menuju sebab-sebab
yang mungkin telah timbulkan akibat tadi.
c. Akibat ke Akibat
Corak ketiga dalam hubungan kausal adalah
proses penalaran yang bertolak dari suatu akibat menuju suatu akibat yang lain,
tanpa menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat tadi.
5. Induksi dalam
Metode Eksposisi
Dalam uraian
mengenai ekposisi telah dikemukakan pila sejumlah metode untuk mengembangkan
suatu karangan yang bersifat ekpositoris.
Metode indefikasi
pada prinsipnya baru merupakan perumusan-perumusan kategorial mengenai fakta
atau evidensi yang diketahui mengenai suatu objek garapan. Telah dikemukakan
bahwa indentifikasi merupakan strategi dasar bagi semua metode ekspisis
lainnya.
Metode
Perbandingan dilakukan untuk menurunkan suatu prinsip umum, maka corak
penalarannya bersifat induktif.
Metode
klasifikasi itu bertolak dari pengelompokan sejumlah hal ke dalam suatu kelas
berdasarkan cirri-ciri yang sama, maka ia merupakan induksi.
Dengan demikian semua
metode yang telah diuraikan dalam ekposisi sekligus jiga dapat dimanfaatkan
dalam argumentasi. Tetapi dalam menerapkan metode-metode itu terdapat
perbedaan. Pada tulisan ekspositoris fakta-fakta ditunjukan secukupnya untuk
mengadakan kontritisasi atas inti persoalan yang dikemukakan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar